Cuan Bos... Harga CPO Melesat 8% Dalam 4 Hari!

Analis PT. First State Futures Published 2022-10-04

Harga komoditas minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) melesat lebih dari 1% di sesi awal perdagangan Selasa (04/10/2022). Dengan begitu, harga CPO telah menanjak selama empat hari beruntun.

Mengacu pada Refinitiv, harga CPO pada sesi awal perdagangan naik tajam 1,6% ke MYR 3.480/ton pada pukul 08:30 WIB. Hingga di level tersebut, dalam 4 hari total penguatan CPO nyaris 8%.

Secara teknis, Wang Tao, analis komoditas Reuters menilai bahwa harga CPO akan memperpanjang kenaikannya ke kisaran MYR 3.549-3.608/ton karena telah menembus titik resistance di MYR 3.477/ton.

Pada awal perdagangan kuartal IV-2022, Senin (3/10) minyak sawit berjangka Malaysia berakhir naik tipis 0,35% menjadi MYR 3.428/ton (US$ 737,84/ton) dan menjadi kenaikannya selama tiga hari beruntun, didukung oleh harga minyak mentah yang lebih tinggi.

Namun, di sepanjang bulan September 2022, harga CPO masih anjlok 17,6% dan menjadi penurunan secara bulanan selama lima bulan beruntun.

Pada Senin (3/10/2022) harga minyak Brent ditutup US$88,86 per barel turun 1,02% dibanding posisi sebelumnya. Sementara jenislight sweetatau West Texas Intermediate (WTI) melesat 5,21% ke US$83,63 per barel.

Harga minyak dunia terbang didorong oleh potensi ketatnya pasokan dunia, setelah perkumpulan negara-negara produsen minyak mentah OPEC+ berencana untuk memangkas produksi hingga lebih dari 1 juta barel per hari dan menjadi pengurangan terbesar sejak pandemic.

Minyak mentah berjangka yang lebih kuat membuat kelapa sawit menjadi pilihan yang lebih menarik untuk bahan baku biodiesel.

Selain itu, kenaikan harga CPO juga dibantu oleh harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade (CBOT) yang berakhir naik 0,7%, sedangkan bursa Komoditas Dalian ditutup minggu ini untuk liburan. Minyak sawit dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak terkait karena mereka bersaing untuk mendapatkan bagian di pasar minyak nabati global.

Namun, Pendiri Palm Oil Analytics Singapura Sathia Varqa memprediksikan bahwa minyak sawit berjangka dapat berubah stagnan menjelang rilis data pasokan, produksi, dan permintaan September 2022.

Analis lainnya menilai koreksi pada harga CPO akan terbatas karena para pembeli minyak nabati akan menggunakan momen saat ini untuk membeli dengan mengunci harga CPO dalam jangka panjang.

"Kekhawatiran atas kenaikan suku bunga dapat menyebabkan kontrak minyak sawit mencapai titik terendah yang tajam, tapi konsumen mungkin bersedia untuk mengunci pembelian jangka panjang pada tingkat harga saat ini dan itu akan membatasi kerugian," tutur Direktur The Farm Trade Kuala Lumpur Sandeep Singh dikutip Reuters.




Sumber : cnbcindonesia.com


Informasi Lainnya