Rally Harga Minyak Mentah Terhenti Seiring Penguatan Dolar AS
Harga minyak sedikit alami penurunan di
perdagangan Asia pada hari Kamis setelah mencatatkan kenaikan tiga hari beruntun,
penurunan yang terjadi di hari Kamis ini karena dipengaruhi oleh
penguatan dolar. Ketidakpastian seputar plafon utang AS juga memberikan
tekanan, karena tenggat waktu Juni untuk mencapai kesepakatan semakin dekat.
Minyak mentah juga mengalami aksi
profit taking setelah
mencapai level tertinggi dalam tiga minggu pada sesi sebelumnya. Kenaikan harga
minyak sebelumnya sebagian besar dipicu oleh ekspektasi pasokan yang lebih
ketat di AS menjelang musim panas yang padat perjalanan.
Peringatan dari menteri energi
Arab Saudi terhadap shorting minyak juga mempengaruhi harga minyak.
Namun, meningkatnya kekhawatiran
akan gagal bayar utang AS menyebabkan sentiment negative terhadap harga minyak. Anggota parlemen AS
mencatat sedikit kemajuan dalam mencapai kesepakatan untuk menaikkan plafon
utang. Kemungkinan default AS diperkirakan akan menyebabkan resesi dan
berdampak luas terhadap ekonomi global. Menteri Keuangan AS, Janet Yellen,
telah menetapkan tenggat waktu 1 Juni untuk default.
Harga minyak berjangka Brent
turun 0,2% menjadi $78,16 per barel, sedangkan minyak mentah berjangka West
Texas Intermediate turun 0,4% menjadi $74,06 per barel pada pukul 08:30 WIB. Pada hari Rabu, kedua kontrak
mengalami kenaikan hampir 2% setelah data menunjukkan penurunan stok minyak
mentah AS yang jauh lebih besar dari perkiraan dalam seminggu terakhir.
Penguatan dolar memberikan
tekanan pada pasar minyak karena ekspektasi suku bunga AS yang lebih tinggi
lebih lama mendorong kenaikan nilai dolar terhadap sekeranjang mata uang
lainnya.
Risalah pertemuan Federal Reserve
bulan Mei, yang dirilis pada hari Rabu, menunjukkan kecenderungan campur aduk
dari para pembuat kebijakan terkait kenaikan suku bunga lebih lanjut pada bulan
Juni. Namun, risalah tersebut tidak memberikan indikasi penurunan suku bunga
tahun ini, yang mengindikasikan sikap hawkish terhadap dolar.
Penguatan dolar membuat minyak
mentah lebih mahal bagi pembeli internasional, yang dapat menghambat
permintaan.
Selain itu, ada juga kekhawatiran bahwa permintaan minyak akan melambat tahun ini. China, salah satu importir terbesar minyak, menghadapi peningkatan kasus COVID-19 yang diperkirakan akan mencapai puncaknya pada akhir Juni. Meskipun varian virus yang sedang mewabah di China tampaknya ringan, pasar khawatir akan adanya gangguan ekonomi lebih lanjut.
Sumber : investing.com