Rally Harga Minyak Mentah Terhenti Seiring Penguatan Dolar AS

Analis PT. First State Futures Published 2023-05-25

Harga minyak sedikit alami penurunan di perdagangan Asia pada hari Kamis setelah mencatatkan kenaikan tiga hari beruntun, penurunan yang terjadi di hari Kamis ini karena dipengaruhi oleh penguatan dolar. Ketidakpastian seputar plafon utang AS juga memberikan tekanan, karena tenggat waktu Juni untuk mencapai kesepakatan semakin dekat.

Minyak mentah juga mengalami aksi profit taking setelah mencapai level tertinggi dalam tiga minggu pada sesi sebelumnya. Kenaikan harga minyak sebelumnya sebagian besar dipicu oleh ekspektasi pasokan yang lebih ketat di AS menjelang musim panas yang padat perjalanan.

Peringatan dari menteri energi Arab Saudi terhadap shorting minyak juga mempengaruhi harga minyak.

Namun, meningkatnya kekhawatiran akan gagal bayar utang AS menyebabkan sentiment negative terhadap harga minyak. Anggota parlemen AS mencatat sedikit kemajuan dalam mencapai kesepakatan untuk menaikkan plafon utang. Kemungkinan default AS diperkirakan akan menyebabkan resesi dan berdampak luas terhadap ekonomi global. Menteri Keuangan AS, Janet Yellen, telah menetapkan tenggat waktu 1 Juni untuk default.

Harga minyak berjangka Brent turun 0,2% menjadi $78,16 per barel, sedangkan minyak mentah berjangka West Texas Intermediate turun 0,4% menjadi $74,06 per barel pada pukul 08:30 WIB. Pada hari Rabu, kedua kontrak mengalami kenaikan hampir 2% setelah data menunjukkan penurunan stok minyak mentah AS yang jauh lebih besar dari perkiraan dalam seminggu terakhir.

Penguatan dolar memberikan tekanan pada pasar minyak karena ekspektasi suku bunga AS yang lebih tinggi lebih lama mendorong kenaikan nilai dolar terhadap sekeranjang mata uang lainnya.

Risalah pertemuan Federal Reserve bulan Mei, yang dirilis pada hari Rabu, menunjukkan kecenderungan campur aduk dari para pembuat kebijakan terkait kenaikan suku bunga lebih lanjut pada bulan Juni. Namun, risalah tersebut tidak memberikan indikasi penurunan suku bunga tahun ini, yang mengindikasikan sikap hawkish terhadap dolar.

Penguatan dolar membuat minyak mentah lebih mahal bagi pembeli internasional, yang dapat menghambat permintaan.

Selain itu, ada juga kekhawatiran bahwa permintaan minyak akan melambat tahun ini. China, salah satu importir terbesar minyak, menghadapi peningkatan kasus COVID-19 yang diperkirakan akan mencapai puncaknya pada akhir Juni. Meskipun varian virus yang sedang mewabah di China tampaknya ringan, pasar khawatir akan adanya gangguan ekonomi lebih lanjut.




Sumber : investing.com


Informasi Lainnya