Harga Minyak Sawit Menguat Seiring Prediksi Lesunya Sektor Produksi

Analis PT. First State Futures Published 2023-05-26

Harga minyak kelapa sawit (CPO) di Bursa Malaysia Exchange mengalami penguatan pada sesi awal perdagangan Jumat. Penguatan ini merupakan kelanjutan dari kenaikan harga selama dua hari berturut-turut sejak perdagangan tanggal 24 Mei. Menurut data Refinitiv, pada pukul 08:45 WIB, harga CPO naik 0,46% menjadi MYR 3.509 per ton. Kenaikan ini membawa harga CPO kembali ke level 3.500-an, mencapai level tertinggi dalam seminggu terakhir.

Pada perdagangan Kamis kemarin, harga CPO naik 2,52% menjadi MYR 3.493 per ton. Dalam satu minggu, harga CPO telah menguat sebesar 0,34%, dan secara bulanan naik sebesar 4,64%. Namun, secara tahunan harga CPO masih mengalami koreksi tajam sebesar 16,32%.

Kenaikan harga CPO ini dipicu oleh pelemahan mata uang Malaysia, yaitu ringgit, serta prakiraan pola cuaca El Nino yang dapat mempengaruhi produksi tahun depan. Dewan Minyak Sawit Malaysia (MPOB) menyatakan bahwa produksi minyak kelapa sawit mentah di Malaysia, produsen terbesar kedua di dunia, diperkirakan akan turun antara 1 hingga 3 juta ton pada tahun depan akibat cuaca El Nino.

Terkait hal ini, direksi MPOB, Ahmad Parveez Ghulam Kadir, menyatakan bahwa prediksi tersebut seharusnya tidak terlalu buruk seperti yang terjadi pada tahun 2016 saat terjadi peristiwa El Nino. Peningkatan kualitas bahan tanam dan kondisi tenaga kerja yang lebih baik diharapkan dapat mengurangi dampak negatif El Nino terhadap produksi minyak kelapa sawit mentah.

Data dari kargo Intertek Testing Services menunjukkan bahwa ekspor Malaysia selama 1-25 Mei mengalami penurunan 0,7% dibandingkan dengan periode yang sama pada bulan April. Namun, menurut surveyor kargo AmSpec Agri Malaysia, ekspor mengalami kenaikan sebesar 0,7%.

Selain itu, nilai tukar ringgit terhadap dolar juga mengalami penurunan sebesar 0,74% pada perdagangan sebelumnya, mencapai level terendah sejak November 2022. Hal ini membuat komoditas, termasuk minyak kelapa sawit, menjadi lebih murah bagi pembeli yang menggunakan mata uang asing.

Di sisi lain, Indonesia dan Malaysia, dua produsen minyak kelapa sawit terbesar di dunia, akan mengirim pejabat tinggi ke Uni Eropa pada minggu depan untuk menyampaikan keprihatinan terkait undang-undang deforestasi baru yang mereka anggap dapat merugikan usaha pertanian kecil.




Sumber : cnbcindonesia.com


Informasi Lainnya