Harga Minyak Sawit Menguat Seiring Prediksi Lesunya Sektor Produksi
Harga minyak kelapa sawit (CPO)
di Bursa Malaysia Exchange mengalami penguatan pada sesi awal perdagangan Jumat.
Penguatan ini merupakan kelanjutan dari kenaikan harga selama dua hari
berturut-turut sejak perdagangan tanggal 24 Mei. Menurut data Refinitiv, pada
pukul 08:45 WIB, harga CPO naik 0,46% menjadi MYR 3.509 per ton. Kenaikan ini
membawa harga CPO kembali ke level 3.500-an, mencapai level tertinggi dalam seminggu
terakhir.
Pada perdagangan Kamis kemarin, harga CPO naik
2,52% menjadi MYR 3.493 per ton. Dalam satu minggu, harga CPO telah menguat
sebesar 0,34%, dan secara bulanan naik sebesar 4,64%. Namun, secara tahunan
harga CPO masih mengalami koreksi tajam sebesar 16,32%.
Kenaikan harga CPO ini dipicu
oleh pelemahan mata uang Malaysia, yaitu ringgit, serta prakiraan pola cuaca El
Nino yang dapat mempengaruhi produksi tahun depan. Dewan Minyak Sawit Malaysia
(MPOB) menyatakan bahwa produksi minyak kelapa sawit mentah di Malaysia,
produsen terbesar kedua di dunia, diperkirakan akan turun antara 1 hingga 3
juta ton pada tahun depan akibat cuaca El Nino.
Terkait hal ini, direksi MPOB,
Ahmad Parveez Ghulam Kadir, menyatakan bahwa prediksi tersebut seharusnya tidak
terlalu buruk seperti yang terjadi pada tahun 2016 saat terjadi peristiwa El
Nino. Peningkatan kualitas bahan tanam dan kondisi tenaga kerja yang lebih baik
diharapkan dapat mengurangi dampak negatif El Nino terhadap produksi minyak
kelapa sawit mentah.
Data dari kargo Intertek Testing
Services menunjukkan bahwa ekspor Malaysia selama 1-25 Mei mengalami penurunan
0,7% dibandingkan dengan periode yang sama pada bulan April. Namun, menurut
surveyor kargo AmSpec Agri Malaysia, ekspor mengalami kenaikan sebesar 0,7%.
Selain itu, nilai tukar ringgit
terhadap dolar juga mengalami penurunan sebesar 0,74% pada perdagangan
sebelumnya, mencapai level terendah sejak November 2022. Hal ini membuat
komoditas, termasuk minyak kelapa sawit, menjadi lebih murah bagi pembeli yang
menggunakan mata uang asing.
Di sisi lain, Indonesia dan Malaysia, dua produsen minyak kelapa sawit terbesar di dunia, akan mengirim pejabat tinggi ke Uni Eropa pada minggu depan untuk menyampaikan keprihatinan terkait undang-undang deforestasi baru yang mereka anggap dapat merugikan usaha pertanian kecil.
Sumber : cnbcindonesia.com