Harga Minyak Naik Pasca Tercapainya Kesepakatan Sementara atas Kenaikan Plafon Utang AS
Harga minyak mengalami kenaikan
dalam perdagangan di Asia pada hari Senin. Hal ini disebabkan oleh berita bahwa
anggota parlemen Amerika Serikat telah mencapai kesepakatan sementara untuk
menaikkan plafon utang negara. Perhatian sekarang beralih ke data utama China
yang akan dirilis minggu ini, karena data tersebut dapat memberikan petunjuk
tentang permintaan minyak dari importir terbesar di dunia.
Anggota parlemen Demokrat dan
Republikan terkemuka mengumumkan pada akhir pekan bahwa mereka telah mencapai kesepakatan
anggaran yang dapat mencegah potensi gagal bayar utang AS. Gagal bayar tersebut
dapat memiliki dampak yang mengerikan bagi ekonomi global. Kesepakatan tersebut
masih perlu mendapatkan persetujuan dari Kongres sebelum menjadi undang-undang,
namun beberapa anggota parlemen menyatakan ketidakpuasan mereka terhadap
kesepakatan tersebut dan mengancam akan memblokirnya.
Meskipun demikian, kesepakatan
tersebut berhasil meredakan kekhawatiran mengenai gagal bayar AS yang telah
membuat pasar minyak tidak stabil selama beberapa minggu terakhir. Prospek
gagal bayar tersebut terkait dengan kekhawatiran bahwa kondisi ekonomi yang
memburuk akan mengurangi permintaan minyak tahun ini.
Harga minyak berjangka Brent naik
0,8% menjadi $77,56 per barel, sementara harga minyak mentah berjangka West
Texas Intermediate naik 0,9% menjadi $73,33 per barel pada pukul 08:24 WIB. Kenaikan harga minyak juga didukung
oleh prospek peningkatan permintaan bahan bakar di AS menjelang akhir pekan
libur Memorial Day, yang biasanya menandai dimulainya musim panas dengan
tingginya aktivitas perjalanan.
Pada minggu ini, perhatian pasar
akan difokuskan pada pembacaan aktivitas manufaktur dan jasa utama di China.
Data ini diharapkan dapat memberikan gambaran lebih jelas tentang pemulihan
permintaan minyak dari importir terbesar di dunia tersebut. Tanda-tanda
perlambatan permintaan minyak mentah di China telah mengguncang pasar minyak
hingga bulan Mei dan menyebabkan harga minyak mengalami kerugian selama lima
bulan berturut-turut.
Pasar minyak juga cemas terhadap
penguatan dolar yang stabil di level tertinggi dua bulan terhadap sekeranjang
mata uang pada hari Senin. Pembacaan yang lebih kuat dari perkiraan pada indeks
Pengeluaran Konsumsi Pribadi, yang merupakan pengukur inflasi yang menjadi
acuan Federal Reserve, membuat pasar mulai memperkirakan peningkatan suku bunga
oleh bank sentral AS pada bulan Juni. Hal ini mendukung penguatan dolar.
Penguatan dolar umumnya membuat minyak lebih mahal bagi pembeli internasional dan dapat mempengaruhi permintaan minyak mentah. Kondisi ini telah membatasi kenaikan harga minyak selama sebulan terakhir.
Sumber : investing.com