Harga Minyak Naik Pasca Tercapainya Kesepakatan Sementara atas Kenaikan Plafon Utang AS

Analis PT. First State Futures Published 2023-05-29

Harga minyak mengalami kenaikan dalam perdagangan di Asia pada hari Senin. Hal ini disebabkan oleh berita bahwa anggota parlemen Amerika Serikat telah mencapai kesepakatan sementara untuk menaikkan plafon utang negara. Perhatian sekarang beralih ke data utama China yang akan dirilis minggu ini, karena data tersebut dapat memberikan petunjuk tentang permintaan minyak dari importir terbesar di dunia.

Anggota parlemen Demokrat dan Republikan terkemuka mengumumkan pada akhir pekan bahwa mereka telah mencapai kesepakatan anggaran yang dapat mencegah potensi gagal bayar utang AS. Gagal bayar tersebut dapat memiliki dampak yang mengerikan bagi ekonomi global. Kesepakatan tersebut masih perlu mendapatkan persetujuan dari Kongres sebelum menjadi undang-undang, namun beberapa anggota parlemen menyatakan ketidakpuasan mereka terhadap kesepakatan tersebut dan mengancam akan memblokirnya.

Meskipun demikian, kesepakatan tersebut berhasil meredakan kekhawatiran mengenai gagal bayar AS yang telah membuat pasar minyak tidak stabil selama beberapa minggu terakhir. Prospek gagal bayar tersebut terkait dengan kekhawatiran bahwa kondisi ekonomi yang memburuk akan mengurangi permintaan minyak tahun ini.

Harga minyak berjangka Brent naik 0,8% menjadi $77,56 per barel, sementara harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate naik 0,9% menjadi $73,33 per barel pada pukul 08:24 WIB. Kenaikan harga minyak juga didukung oleh prospek peningkatan permintaan bahan bakar di AS menjelang akhir pekan libur Memorial Day, yang biasanya menandai dimulainya musim panas dengan tingginya aktivitas perjalanan.

Pada minggu ini, perhatian pasar akan difokuskan pada pembacaan aktivitas manufaktur dan jasa utama di China. Data ini diharapkan dapat memberikan gambaran lebih jelas tentang pemulihan permintaan minyak dari importir terbesar di dunia tersebut. Tanda-tanda perlambatan permintaan minyak mentah di China telah mengguncang pasar minyak hingga bulan Mei dan menyebabkan harga minyak mengalami kerugian selama lima bulan berturut-turut.

Pasar minyak juga cemas terhadap penguatan dolar yang stabil di level tertinggi dua bulan terhadap sekeranjang mata uang pada hari Senin. Pembacaan yang lebih kuat dari perkiraan pada indeks Pengeluaran Konsumsi Pribadi, yang merupakan pengukur inflasi yang menjadi acuan Federal Reserve, membuat pasar mulai memperkirakan peningkatan suku bunga oleh bank sentral AS pada bulan Juni. Hal ini mendukung penguatan dolar.

Penguatan dolar umumnya membuat minyak lebih mahal bagi pembeli internasional dan dapat mempengaruhi permintaan minyak mentah. Kondisi ini telah membatasi kenaikan harga minyak selama sebulan terakhir.




Sumber : investing.com


Informasi Lainnya