Harga Minyak Kembali Menguat Akibat Menurunnya Kekhawatiran Resiko Default Pemerintah AS

Analis PT. First State Futures Published 2023-05-30

Harga minyak naik di perdagangan Asia pada hari Selasa. Hal ini terjadi karena adanya optimisme mengenai potensi kenaikan plafon utang AS yang dapat mencegah kegagalan pembayaran (default), meskipun terdapat kekhawatiran terkait kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve pada bulan Juni dan pertumbuhan ekonomi yang melambat.

Para pedagang minyak juga waspada terhadap sinyal ekonomi yang akan diberikan oleh importir minyak utama, China. Data manufaktur dan sektor jasa untuk bulan Mei di China akan dirilis pada hari Rabu. Kekhawatiran ini membuat para pedagang berhati-hati dalam melakukan transaksi besar.

Harga minyak mentah mengalami kenaikan setelah volatilitas pada hari Senin. Salah satu faktor yang membantu kenaikan harga adalah kemungkinan berkurangnya risiko gagal bayar utang AS setelah anggota parlemen mencapai kesepakatan untuk menaikkan batas pengeluaran. Namun, kekhawatiran terhadap sikap yang lebih hawkish dari Federal Reserve, terutama setelah data inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan dirilis akhir pekan lalu, membuat sentimen pasar tetap hati-hati. Kenaikan nilai dolar juga membatasi kenaikan harga minyak mentah.

Harga minyak jenis Brent naik 0,6% menjadi $77,41 per barel, sedangkan harga minyak jenis West Texas Intermediate naik 0,8% menjadi $73,22 per barel pada pukul 08.44 WIB. Kedua kontrak minyak ini telah berada dalam kisaran perdagangan yang ketat sepanjang bulan Mei.

Saat ini, pasar sedang menunggu sinyal-sinyal baru yang dapat mempengaruhi pergerakan harga minyak. Salah satu sinyal yang sangat ditunggu adalah data ekonomi China yang akan dirilis pada akhir pekan ini. Data aktivitas bisnis untuk bulan Mei diharapkan dapat memberikan indikasi apakah pemulihan ekonomi di China semakin melambat setelah serangkaian data yang lemah pada bulan April.

Para pedagang minyak juga mencermati perkembangan pasokan minyak dari pertemuan Organisasi Negara Pengekspor Minyak yang akan dilaksanakan minggu depan. Selama ini, terdapat beragam sinyal mengenai kemungkinan pengurangan produksi lebih lanjut dari Arab Saudi dan Rusia. Pada bulan April, kartel negara OPEC dan sekutunya secara tak terduga memangkas produksi minyak, yang memberikan dorongan harga dalam jangka pendek.

Selain itu, perhatian juga tertuju pada serangkaian data ekonomi AS minggu ini, terutama data nonfarm payrolls untuk bulan Mei yang akan dirilis pada hari Jumat. Setiap tanda-tanda kekuatan di pasar tenaga kerja dapat memberikan dorongan kepada Federal Reserve untuk menaikkan suku bunga, yang dapat berdampak negatif bagi pasar minyak.




Sumber : investing.com


Informasi Lainnya