Harga Minyak Kembali Menguat Akibat Menurunnya Kekhawatiran Resiko Default Pemerintah AS
Harga minyak naik di perdagangan
Asia pada hari Selasa. Hal ini terjadi karena adanya optimisme mengenai potensi
kenaikan plafon utang AS yang dapat mencegah kegagalan pembayaran (default),
meskipun terdapat kekhawatiran terkait kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve
pada bulan Juni dan pertumbuhan ekonomi yang melambat.
Para pedagang minyak juga waspada
terhadap sinyal ekonomi yang akan diberikan oleh importir minyak utama, China.
Data manufaktur dan sektor jasa untuk bulan Mei di China akan dirilis pada hari
Rabu. Kekhawatiran ini membuat para pedagang berhati-hati dalam melakukan
transaksi besar.
Harga minyak mentah mengalami
kenaikan setelah volatilitas pada hari Senin. Salah satu faktor yang membantu
kenaikan harga adalah kemungkinan berkurangnya risiko gagal bayar utang AS
setelah anggota parlemen mencapai kesepakatan untuk menaikkan batas pengeluaran.
Namun, kekhawatiran terhadap sikap yang lebih hawkish dari Federal Reserve,
terutama setelah data inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan dirilis akhir
pekan lalu, membuat sentimen pasar tetap hati-hati. Kenaikan nilai dolar juga
membatasi kenaikan harga minyak mentah.
Harga minyak jenis Brent naik
0,6% menjadi $77,41 per barel, sedangkan harga minyak jenis West Texas
Intermediate naik 0,8% menjadi $73,22 per barel pada pukul 08.44 WIB. Kedua kontrak minyak ini telah berada dalam kisaran
perdagangan yang ketat sepanjang bulan Mei.
Saat ini, pasar sedang menunggu
sinyal-sinyal baru yang dapat mempengaruhi pergerakan harga minyak. Salah satu
sinyal yang sangat ditunggu adalah data ekonomi China yang akan dirilis pada
akhir pekan ini. Data aktivitas bisnis untuk bulan Mei diharapkan dapat
memberikan indikasi apakah pemulihan ekonomi di China semakin melambat setelah
serangkaian data yang lemah pada bulan April.
Para pedagang minyak juga
mencermati perkembangan pasokan minyak dari pertemuan Organisasi Negara
Pengekspor Minyak yang akan dilaksanakan minggu depan. Selama ini, terdapat
beragam sinyal mengenai kemungkinan pengurangan produksi lebih lanjut dari Arab
Saudi dan Rusia. Pada bulan April, kartel negara OPEC dan sekutunya secara tak terduga memangkas produksi
minyak, yang memberikan dorongan harga dalam jangka pendek.
Selain itu, perhatian juga tertuju pada serangkaian data ekonomi AS minggu ini, terutama data nonfarm payrolls untuk bulan Mei yang akan dirilis pada hari Jumat. Setiap tanda-tanda kekuatan di pasar tenaga kerja dapat memberikan dorongan kepada Federal Reserve untuk menaikkan suku bunga, yang dapat berdampak negatif bagi pasar minyak.
Sumber : investing.com