Volatilitas Harga Emas Cenderung Stabil Jelang Data Inflasi AS Ditingkat Produsen
Harga emas
bergerak stabil pada hari Jumat jelang pengumuman data inflasi utama AS hari
ini.
Harga emas
berpotensi rebound, namun masih mencatatkan performa mingguan yang negatif
setelah sebelumnya faktor kekhawatiran resesi mengundang beberapa arus safe
haven kembali ke yellow metal ini. Disamping itu pelemahan dolar beberapa hari
ini juga menguntungkan harga emas.
Harga emas spot
berada di sekitar $1.789,43/oz, dan emas berjangka stabil di $1.801,25/oz pukul
06.56 WIB. Kedua instrumen akan turun sekitar 0,4% minggu ini, setelah jatuh ke
low $1.765,86/oz.
Fokus saat ini
tertuju data inflasi indeks harga produsen AS untuk bulan November, yang akan
dirilis hari ini. Hasilnya diperkirakan akan turun lebih jauh dari bulan
sebelumnya, menandakan bahwa kenaikan suku bunga dan pengetatan kondisi moneter
memiliki efek yang diharapkan.
Data PPI
diperkirakan akan menandai tren serupa untuk indeks harga konsumen yang lebih
menjadi perhatian pasar, yang mana akan dirilis minggu depan.
Kenaikan suku
bunga merupakan beban terbesar bagi harga emas tahun ini, menyeret harga logam
mulia turun dari level tertinggi tahunan karena biaya atas aset yang tidak
menghasilkan yield juga naik.
Arah kenaikan
suku bunga The Fed pada tahun 2023 sangat bergantung pada inflasi, yang masih
cenderung jauh di atas kisaran target bank sentral.
Logam mulia
lainnya juga bergerak tipis pada hari Jumat. Platinum naik 0,1%, dan perak naik
0,2%.
Di antara logam
industri, harga tembaga flat, tetapi menuju kenaikan minggu kedua
berturut-turut di tengah optimisme atas pembukaan kembali ekonomi China.
Tembaga
diperdagangkan di sekitar $3,8818, dan ditetapkan akan naik sekitar 0,8% minggu
ini.
Harga logam merah
mengikuti sinyal positif dari China yang mengumumkan pelonggaran beberapa
pembatasan pergerakan anti-COVID dan aturan tes virus minggu ini. Pasar
berharap langkah tersebut akan mendorong pemulihan di negara pengimpor tembaga
terbesar di dunia itu.
Tetapi mengingat bahwa negara tersebut masih menghadapi peningkatan infeksi yang mencapai rekor tertinggi, pembukaan kembali aktivitas sosial yang lebih luas mungkin akan lebih lama dari yang diharapkan.
Sumber :
investing.com