Harga CPO Dipengaruhi oleh Penghentian Ekspor
Pemerintah melalui Kementerian
Perdagangan (Kemendag) menahan 66% minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO)
milik pengusaha untuk diekspor dari total 5,9 juta ton CPO. Hanya 34% yang bisa
dicairkan untuk ekspor hingga 1 Mei 2023. Hal ini dilakukan untuk menjaga
pasokan dan stabilitas minyak goreng jenis curah dan merek Minyakita, terutama
menjelang Ramadan ketika permintaan minyak goreng meningkat.
Menteri Perdagangan Zulkifli
Hasan mengatakan, kelangkaan Minyakita disebabkan oleh permintaan minyak goreng
subsidi yang tinggi dan harganya terjangkau. Saat ini Minyakita sudah masuk ke
pasar ritel modern.
Menteri Koordinator Kemaritiman
dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan bahwa salah satu penyebab
kenaikan harga minyak goreng adalah berkurangnya pasokan DMO, terutama
Minyakita.
Ratio hak ekspor produk minyak
sawit mentah (CPO) dan produk turunannya saat ini adalah 1:6 dari DMO CPO
dan/atau minyak goreng.
Harga minyak sawit mentah akan
dipengaruhi oleh beberapa indikator penting di pasar CPO Malaysia, perkembangan
rencana penghentian ekspor Malaysia ke Uni Eropa, data ekspor awal Februari dan
stok CPO dari Dewan Sawit Malaysia, situasi di Indonesia terkait kebijakan
ekspor dan program B35, dan situasi di pasar minyak nabati.
Girta Yoga dari Research & Development ICDX memperkirakan harga CPO akan berada di level resistance 4.000 - 4.100 Ringgit Malaysia per ton. Namun jika ada faktor negatif, harga berpotensi turun menuju level support 3.600-3.500 Ringgit Malaysia per ton.
Sumber : bisnis.com, beritasatu.com