Dolar AS Kembali Naik, Yen Menguat Usai Intervensi Otoritas Jepang

Analis PT. First State Futures Published 2022-09-23

Dolar AS kembali naik di awal perdagangan Eropa Jumat (23/09) petang, tetap diminati setelah langkah hawkish Federal Reserve, sementara yen menguat pasca intervensi otoritas Jepang.

Pukul 13.50 WIB, Indeks Dolar AS, yang mengukur greenback terhadap mata uang lainnya, naik tipis 0,1% di 111,248, tepat di bawah level tertinggi dua dekade di 111,81 yang dicapai pada sesi sebelumnya.

USD/JPY turun 0,1% ke 142,28, terus turun setelah juga jatuh lebih dari 1% pada hari Kamis usai otoritas Jepang melakukan intervensi di pasar untuk mendukung yen, kali pertama sejak tahun 1998.

Intervensi tersebut menyusul keputusan Bank of Japan untuk mempertahankan kebijakan moneter ultra-longgarnya. Ini kontras langsung dengan sikap yang diambil oleh Federal Reserve pada hari Rabu ketika bank sentral AS menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin dan mengisyaratkan bahwa suku bunga akan naik lebih tinggi dan tetap tinggi untuk waktu lebih lama dari perkiraan pasar sebelumnya.

"Dengan The Fed yang semakin hawkish dan BoJ masih mencetak uang, sepertinya pemerintah Jepang ingin menghentikan laju cepat ke 150," papar analis di ING dalam catatan. "Otoritas Jepang bisa saja melakukan pertempuran dengan pasar FX selama 6-9 bulan ke depan karena dolar tetap kuat."

Di tempat lain, sejumlah mata uang utama mendekati posisi terendah baru terhadap penguatan dolar, yang diuntungkan dari kenaikan imbal hasil Treasury setelah rapat penetapan kebijakan Fed.

EUR/USD turun 0,2% ke 0,9813, tidak jauh dari level terendah 20 tahun di 0,9807 yang dicapai sebelumnya. purchasing manager' indexes flash September untuk Zona Euro akan dirilis nanti di sesi ini, dan kemungkinan akan menggambarkan prospek ekonomi regional yang semakin gelap.

GBP/USD turun 0,3% di 1,1223, menjauh dari level terendah baru 37 tahun di 1,1213 yang dicapai semalam. Bank of England menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin pada hari Kamis berdampak kecil pada pelemahan poundsterling.

"Yang paling menonjol dari keputusan ini adalah bahwa Komite Kebijakan Moneter Bank of England menjadi lebih terpecah," tambah ING, "untuk pertama kalinya sejak Great Recession, kami memiliki perpecahan tiga arah."

"Bagi investor, kesenjangan ini harus dilihat sebagai tanda bahwa ekspektasi pasar tidak mungkin terpenuhi."

Aset sensitif risiko AUD/USD turun 0,3% di 0,6621, USD/CNY naik 0,3% ke 7,0981, dengan yuan mencapai level terendah baru dua tahun terhadap dolar, sementara USD/TRY naik 0,3% di 18,3930, di mana lira diperdagangkan mendekati level terendah sepanjang masa setelah bank sentral Turki memberikan kejutan penurunan suku bunga 100 basis poin, melawan tren pengetatan global.




 

sumber : investing.com


Informasi Lainnya