Harga Minyak Mentah Melemah Seiring Meredanya Eskalasi Israel-Iran
Pada perdagangan Asia hari Senin, harga minyak terus melemah, melanjutkan
penurunan dari minggu sebelumnya. Penurunan ini terjadi karena harapan
meningkat bahwa ketegangan antara Iran dan Israel tidak akan semakin meningkat.
Selain itu, prospek suku bunga AS yang stabil dan memburuknya kondisi ekonomi
global juga ikut membebani harga minyak.
Harga minyak mentah mengalami penurunan tajam selama seminggu terakhir
karena kekhawatiran akan perlambatan permintaan, seiring dengan kondisi ekonomi
global yang lemah. Meskipun ketegangan di Timur Tengah meningkat, hal ini tidak
mampu menahan penurunan harga minyak.
Harga minyak Brent turun 0,8% menjadi $86,62 per barel, sedangkan harga
minyak West Texas Intermediate turun 0,8% menjadi $81,59 per barel pada pukul 08.34
WIB. Kedua harga minyak tersebut mengalami penurunan lebih dari 3% dalam satu
minggu terakhir.
Taruhan atas eskalasi konflik antara Iran dan Israel menurun setelah
serangan pada hari Jumat. Meskipun Israel dilaporkan melakukan serangan
terhadap Iran, Iran meremehkan dampak serangan tersebut dan menyatakan tidak
ada rencana pembalasan dalam waktu dekat. Hal ini menyebabkan spekulasi bahwa
konflik tidak akan memburuk lebih lanjut.
Meskipun demikian, ketegangan yang berlanjut di Timur Tengah, terutama
antara Israel dan Hamas, masih menimbulkan kekhawatiran akan gangguan pasokan
minyak.
Selain ketegangan di Timur Tengah, harga minyak juga dipengaruhi oleh
kekhawatiran atas suku bunga AS yang lebih tinggi dan permintaan yang melambat.
Lonjakan dolar baru-baru ini mengurangi spekulasi penurunan suku bunga oleh
Federal Reserve, sementara data inflasi AS yang lebih tinggi dari perkiraan
memperkuat gagasan tentang suku bunga yang lebih tinggi.
Pasar juga khawatir bahwa suku bunga yang lebih tinggi dan inflasi yang
meningkat akan menghambat pertumbuhan ekonomi, yang dapat mengurangi permintaan
minyak global. Data terbaru yang menunjukkan peningkatan persediaan minyak AS
lebih dari perkiraan semakin memperkuat kekhawatiran tersebut, serta
menimbulkan pertanyaan tentang keketatan pasar minyak dalam beberapa bulan
mendatang.
Meskipun produksi minyak AS tetap tinggi, ada ekspektasi pengurangan produksi dari produsen lain, terutama dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC).
Sumber : investing.com